Dari Dot-Com ke AI: Transformasi Sumber Kekayaan di Dunia Teknologi

 

 

ilustrasi dari dot com ke ai pic EduWithSTEAM.com

Jakarta – Dunia sedang menyaksikan ketimpangan ekonomi paling ekstrem dalam sejarah. Kecerdasan buatan (AI) telah melahirkan miliarder baru lebih cepat dari era dot-com, tetapi di saat yang sama, jutaan pekerja biasa justru kehilangan penghasilan dan terancam tergantikan.

Fakta Mengerikan yang Tak Banyak Diberitakan:

  1. AI Hasilkan 37 Miliarder Baru dalam 3 Tahun – Lebih cepat dari era dot-com yang butuh 10 tahun untuk pencapaian serupa.

  2. Perusahaan AI Raksasa Cetak Untung Rp 500 Triliun/Tahun – Sementara UMKM dan pekerja tradisional kolaps karena tak mampu bersaing.

  3. Gaji Pekerja di Sektor Konvensional Stagnan 10 Tahun Terakhir – Bahkan turun di beberapa bidang karena otomatisasi.

"Ini bukan pertumbuhan ekonomi, ini perampokan terstruktur," kritik Dr. Rina Mahdiana, Ekonom Universitas Indonesia"Kekayaan mengalir deras ke segelintir pemilik modal, sementara masyarakat biasa jadi korban."

Bagaimana AI Jadi "Mesin Uang" Para Elite?

  • Startup AI seperti NeuroMind dan QuantumAI bisa valuasi Rp 100 triliun dalam hitungan bulan – Padahal belum untung.

  • CEO perusahaan AI bisa dapat bonus Rp 2 triliun/tahun – Setara gaji 50.000 buruh pabrik.

  • Algoritma trading AI kuasai 80% pasar saham – Manusia biasa tak bisa saingi kecepatan robot.

Tapi Rakyat Biasa Dapat Apa?

  • PHK massal di sektor ritel, manufaktur, bahkan jasa hukum & medis karena AI lebih murah.

  • Generasi muda terancam tak dapat kerja – Lowongan manusia terus menyusut.

  • Harga kebutuhan melambung karena konglomerat AI monopoli pasar.

*"Saya di-PHK setelah 15 tahun kerja di bank, diganti sistem AI. Sekarang jadi driver ojol, penghasilan turun 70%,"* keluh Andi (45), mantan manajer bank di Jakarta.

Pemerintah Diam, Miliarder AI Makin Kaya

Sementara negara-negara lain mulai kenakan pajak super untuk perusahaan AI, Indonesia justru memberi insentif. Dana haji dan BPJS dipakai investasi di startup AI, tapi hasilnya hanya dinikmati segelintir orang.

"Ini darurat ketimpangan! Jika tak ada intervensi, 5 tahun lagi 1% orang akan kuasai 99% kekayaan negeri ini," peringatkan Faisal Basri, Ekonom Senior.

Masa Depan Suram atau Masih Ada Harapan?

Beberapa solusi radikal mulai didorong:
✅ Pajak 90% untuk keuntungan perusahaan AI
✅ UBI (Universal Basic Income) untuk warga yang terdisrupsi
✅ Pelarangan monopoli algoritma oleh korporasi

Tapi dengan kekuatan lobi para miliarder tech yang menguasai politik, apakah perubahan mungkin terjadi?


Apa Pendapatmu?
"Setuju nggak sih kalau AI cuma bikin orang kaya makin kaya, yang miskin makin sengsara? Atau kamu termasuk yang diuntungkan?"

Post a Comment

[blogger]

EDUdesign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget