Ekstrakurikuler Jadi Jalan Pintas Masuk PTN: Prestasi Akademik Tak Lagi Dihargai?

 

ilustrasi ekskul pic EduWithSTEAM.com

Bandung - Kemendikbud resmi mengumumkan 8 ekstrakurikuler yang bisa menjadi tiket masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tanpa tes mulai 2025. Kebijakan ini langsung menyulut kontroversi: Apakah ini bentuk apresiasi terhadap bakat non-akademik, atau justru menginjak-injak keringat anak yang berjuang lewat jalur akademik?

Ini Dia 8 "Jalan Tol" Baru Masuk PTN:

  1. Olahraga (sepak bola, futsal, basket, dll)

  2. Seni (tari, musik, teater)

  3. Pramuka

  4. Kewirausahaan

  5. Debat & Jurnalistik

  6. Robotics & Coding

  7. Pecinta Alam

  8. Palang Merah Remaja (PMR)

"Anak Saya Ranking 1, Kalah Sama Kiper Timnas U-19?"

Kebijakan ini dipertanyakan banyak orang tua. "Ini tidak adil! Anak saya belajar mati-matian dari pagi sampai malam, ranking 1, tapi bisa kalah tempat dengan anak yang cuma jago main futsal. Di mana keadilannya?" protes Andi, orang tua dari seorang calon mahasiswa di Tangerang.

Niat Baik yang Berpotensi Disalahgunakan:

Para pengamat pendidikan khawatir kebijakan ini akan membuka kotak Pandora baru.

  • Pemalsuan Sertifikat: Bagaimana memastikan prestasi di ekstrakurikuler itu asli?

  • Kesenjangan: Anak dari sekolah elite dengan fasilitas klub olahraga dan seni yang lengkap akan lebih diuntungkan.

  • Devaluasi Nilai Akademik: Apakah gelar "Juara 1 Lomba Tari Daerah" setara dengan nilai rapor sempurna dan juara olimpiade sains?

Pihak Kampus Bingung: "Kami Butuh Mahasiswa, Bukan Atlet!"

Sebagian dosen diam-diam meragukan kebijakan ini. "Kami di teknik elektro butuh calon mahasiswa yang paham matematika dan fisika, bukan striker andalan. Ini bisa jadi bumerang untuk kualitas pendidikan tinggi kita," ujar seorang dosen yang enggan namanya disebutkan.

Mimpi Buruk atau Peluang Emas?

Di satu sisi, kebijakan ini adalah angin segar bagi siswa berbakat non-akademik yang sering dipandang sebelah mata. Namun, tanpa sistem verifikasi yang super ketat, transparan, dan adil, kebijakan mulia ini berisiko besar:

  1. Menjadi Ajang Korupsi baru untuk "jual-beli" sertifikat prestasi.

  2. Menciptakan generasi mahasiswa yang passion-nya di lapangan tapi tidak siap dengan beban akademik kampus.

  3. Mengubur impian anak-anak rajin yang mengandalkan jalur akademik.

Jadi, apa pendapatmu?
Apakah ini langkah revolusioner yang tepat atau kesalahan besar yang akan merusak masa depan pendidikan Indonesia?


Post a Comment

[blogger]

EDUdesign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget