ilustrasi beasiswa LPDP EduWithSTEAM.com
Jakarta – Kabar buruk bagi ribuan pelajar dan profesional Indonesia yang bercita-cita melanjutkan studi dengan beasiswa LPDP. Data terbaru menunjukkan penurunan drastis jumlah penerima beasiswa LPDP pada tahun 2025. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini bentuk penghematan negara atau justru indikasi salah urus anggaran pendidikan?
Angka yang Bicara: Dari Ribuan Hanya Tinggal Ratusan?
Tahun sebelumnya, LPDP membiayai ribuan mahasiswa untuk studi di dalam dan luar negeri. Namun, pada 2025, kuota dipangkas signifikan. Seorang calon awardee yang gagal seleksi mengungkapkan kekecewaannya: "Sudah mempersiapkan diri mati-matian, tiba-tiba dikatakan kuota dikurangi. Ini seperti harapan dibangun lalu dihancurkan."
Penyebab Turun: Penghematan atau Alasan Politikus?
Pemerintah beralasan kebijakan ini dilakukan untuk efisiensi anggaran dan memprioritaskan sektor lain. Namun, pengamat pendidikan menilai ini sebagai langkah mundur. "Di saat negara lain meningkatkan investasi pendidikan, kita justru memotongnya. Ini jelas menghambat lahirnya talenta-talenta terbaik bangsa," tegas Dr. Ahmad Mahendra, pengamat kebijakan pendidikan.
Dampak pada Mahasiswa: Mimpi Pupus, Wawasan Tertinggal
Banyak pelajar yang sudah menyiapkan dokumen dan rencana studi harus mengubur impian mereka. *"LPDP adalah jalan satu-satunya bagi saya untuk bisa S2 di luar negeri. Sekarang, saya harus mencari alternatif yang hampir tidak ada,"* keluh Sari, sarjana berprestasi asal Surabaya.
Pertanyaan Kritis: Kemana Larinya Anggaran Pendidikan?
Masyarakat pun mulai bertanya-tanya:
Apakah dana dialihkan untuk proyek lain yang tidak urgent?
Apakah ada kebocoran dalam pengelolaan anggaran?
Mengapa beasiswa untuk generasi terbaik justru dikurangi?
Kesimpulan: Masa Suram bagi Pendidikan Indonesia?
Penurunan jumlah penerima beasiswa LPDP bukan hanya tentang angka, tetapi tentang masa depan Indonesia. Jika akses pendidikan tinggi berkualitas dibatasi, maka negara ini hanya akan menghasilkan generasi yang tertinggal dalam persaingan global.
Apa pendapatmu?
Setuju dengan penghematan ini atau justru melihatnya sebagai pembunuhan karakter bangsa?
Post a Comment