illustrasi 400 Guru Jawa Barat Diberdayakan Jadi Guru Era Digital pic EduWithSTEAM.com
Bandung – Di sebuah ruang pelatihan di Bandung, seorang guru SD asal Garut yang sebelumnya hanya familiar dengan kapur dan papan tulis, kini asyik memandangi layar laptop—ia sedang mempelajari cara membuat game edukasi sederhana menggunakan coding.
Inilah wajah baru pendidikan Indonesia: 400 guru dari Bandung dan Garut sedang menjalani "transformasi digital" lewat pelatihan intensif Coding & Kecerdasan Buatan (AI). Program ini digagas oleh AFTERSCHOLA (di bawah PT. AIR CONSULTING GROUP) bersama Kemendikbudristek, dan bisa jadi cetak biru revolusi guru di seluruh Indonesia.
"Guru Jangan Gaptek!": Misi Kemendikbud Ubah Mindset Mengajar
Prof. Nunuk Suryani, Dirjen GTK Kemendikbudristek, tak mau ambil pusing:
"Guru zaman now harus melek digital. Bukan sekadar bisa pakai PowerPoint, tapi juga paham coding dan AI. Kalau tidak, bagaimana mau menyiapkan siswa untuk masa depan?"
Pelatihan ini bukan sekadar teori. Para guru langsung praktik membuat program sederhana, merancang pembelajaran berbasis AI, bahkan mengenal robotik edukasi.
Adi Jauhar Muhammad, Dirut PT. AIR CONSULTING GROUP, menegaskan:
"Kami ingin guru-guru ini jadi agen perubahan. Bayangkan, anak-anak SD di Garut nanti bisa belajar coding dari guru mereka sendiri—bukan cuma dari YouTube!"
3 Tahap Pelatihan: Dari Kelas Hingga Penerapan Langsung
In Service Training 1 (28 Juni-19 Juli 2025): Guru belajar dasar coding, computational thinking, dan AI.
On The Job Training (OJT): Guru langsung uji coba di sekolah masing-masing.
In Service Training 2 (Agustus-Oktober 2025): Evaluasi & pendalaman materi.
"Kami tidak mau pelatihan ini jadi sekadar seminar. Guru harus benar-benar bisa aplikasikan!" tegas Adi.
Kisah Guru Garut yang Berani Keluar Zona Nyaman
Seorang peserta, Bu Ani (45 tahun), guru SD dari Garut, mengaku awalnya "keringat dingin" saat pertama kali dikenalkan coding.
"Saya pikir ini cuma untuk anak IT. Ternyata, dengan tools seperti Scratch, saya bisa bikin quiz interaktif untuk murid-murid. Mereka malah lebih semangat belajar!"
Ia kini sedang menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) berbasis coding untuk mata pelajaran Matematika. "Anak-anak akan belajar logika lewat game, bukan lagi menghafal rumus," ujarnya bangga.
Target Besar: 400 Sekolah di Indonesia Jadi "Sekolah Masa Depan"
Program ini adalah pilot project yang akan diperluas ke seluruh Indonesia. "Kami mulai dari Bandung dan Garut, tapi targetnya menjangkau daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal)," jelas Adi.
Beberapa materi unggulan:
✔ Coding untuk Pemula (Scratch, Blockly)
✔ AI Dasar (Cara kerja chatbot, image recognition)
✔ Pembelajaran Berbasis Proyek Digital
Guru vs Robot: Siapkah Pendidik Hadapi Disrupsi AI?
Pertanyaan besar: "Jika AI bisa mengajar, apa peran guru nanti?"
Prof. Nunuk menjawab tegas:
"Guru tidak akan tergantikan. Tapi guru yang tidak upgrade skill? Itu yang terancam!"
Pelatihan ini dirancang agar guru bisa memanfaatkan AI sebagai asisten mengajar, bukan jadi pesaing. Contohnya:
Guru menggunakan AI untuk analisis kemampuan siswa.
Membuat konten personalized learning.
Mengajar coding tanpa harus jadi programmer profesional.
Tantangan ke Depan: Internet, Device, dan Mentalitas
Meski semangat tinggi, masalah klasik masih menghantui:
❌ Jaringan internet di daerah terpencil masih lemah.
❌ Tidak semua sekolah punya laptop memadai.
❌ Guru senior yang masih "alergi" teknologi.
Solusi sementara:
Modul "unplugged coding" (tanpa gadget).
Pelatihan blended learning (online-offline).
Donasi perangkat dari CSR perusahaan tech.
Akan Jadi Trend Nasional?
Jika program ini sukses, bukan tidak mungkin kurikulum coding & AI akan masuk struktur resmi sekolah-sekolah Indonesia. "Kami sedang diskusi dengan Kemendikbud untuk percepat integrasi," ujar Adi.
Post a Comment