ilustrasi Generasi yang Kehilangan Kemampuan Membaca Dunia EduWithSTEAM.com
Bandung, 25 Juli 2025 — Sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa 65% siswa SMA kesulitan memahami teks sastra sederhana. Mereka bisa membaca kata per kata, tetapi gagal menangkap ironi, metafora, atau pesan moral di baliknya.
"Mereka Tak Lagi Terbiasa Berempati dengan Kata-Kata"
Dr. Fitriani, pakar pendidikan literasi, menjelaskan: "Ini bukan sekadar malas baca. Tapi karena dunia digital melatih otak mereka untuk konsumsi konten cepat—bukan perenungan."
Contoh nyata terlihat di SMA Negeri 5 Jakarta. Saat diajak menganalisis The Necklace, mayoritas siswa menyimpulkan cerita itu "tentang perempuan materialistik", tanpa menangkap kritik sosial di baliknya.
Dampak yang Mengkhawatirkan
Pemikiran yang Datar: Tanpa kemampuan menafsirkan simbol, generasi muda rentan terjebak dalam pemahaman hitam-putih.
Krisis Empati: Jika mereka tak bisa merasakan perjuangan Lencho (Letter to God), bagaimana bisa memahami penderitaan orang lain di dunia nyata?
Kehilangan Identitas Budaya: Sastra adalah cerminan nilai masyarakat. Jika tak lagi dibaca, apa yang akan tersisa?
Apa Solusinya?
Beberapa sekolah mulai mencoba pendekatan baru:
Memadukan sastra dengan media digital, seperti membuat video pendek analisis cerpen.
"Kelas Membaca Emosional", di mana siswa diajak merasakan, bukan sekadar menghafal plot.
"Kami tak menyerah," kata Pak Guru di akhir wawancara. "Karena jika mereka tak lagi bisa membaca dunia, lalu siapa yang akan mengubahnya?"
Post a Comment